Selasa, 10 Mei 2011

GEMA

"Hari ini, saya mendapatkan sebuah tulisan dari seorang teman yang dikirimkan melalui email.  Tulisan yang sangat berguna, sehingga saya ingin share kepada anda semua. Semoga bermanfaat."



Satu keluarga muda yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak laki-laki yang masih duduk di kelas 3 SD mengisi hari libur anak dengan menjelajah alam.  Mereka berjalan menyusur pantai dengan pemandangan indah dan unik karena ada sederetan bukit kapur.  Di depan sebuah gua di bukit kapur itu, karena tidak memperhatikan jalan, anak ini tersandung batu dan jatuh.  “Aduuuh!” jeritannya terdengar keras memecah kesunyian.  Sejenak kemudian terdengar gema dari dalam gua, “Aduuuh!”  Oleh karena belum mengenal gema, anak ini tertarik untuk berteriak lagi, “Siapa kamu?”  Gema dengan suara yang sama terdengar lagi.  “Kamu jelek!” dan suara yang sama terdengar.



Ayahnya memberi penjelasan sederhana mengenai proses terjadinya gema.  Kemudian memberi contoh dengan berteriak, “Kamu baik hati!” dan beberapa saat kemudian terdengar suara yang sama.  “Kamu pandai!” dan suara yang sama terdengar lagi.
Sesungguhnya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita juga seperti anak kecil yang sedang berteriak di depan gua.  Apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan ditangkap oleh orang-orang di sekitar kita dan dipantulkan kembali kepada kita.  Jadi seandainya Anda merasa ada teman baik Anda dulu sekarang ini terlihat menjaga jarak, tidak seakrab dulu lagi, pertama-tama kita perlu introspeksi diri dulu.  Jangan-jangan sikap dan perkataan kita sendirilah yang menyebabkan dia berubah, dia hanya menjadi gema bagi kita.  Mungkin kita yang mulai jarang menyapanya atau menghubunginya, mungkin kita mengabaikan imbauan atau nasihatnya, mungkin tanpa sengaja kita mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya, mungkin kita lupa mengucapkan selamat di hari ulang tahunnya seperti dulu. 


Ayahnya memberi penjelasan sederhana mengenai proses terjadinya gema.  Kemudian memberi contoh dengan berteriak, “Kamu baik hati!” dan beberapa saat kemudian terdengar suara yang sama.  “Kamu pandai!” dan suara yang sama terdengar lagi.

Sesungguhnya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita juga seperti anak kecil yang sedang berteriak di depan gua.  Apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan ditangkap oleh orang-orang di sekitar kita dan dipantulkan kembali kepada kita.  Jadi seandainya Anda merasa ada teman baik Anda dulu sekarang ini terlihat menjaga jarak, tidak seakrab dulu lagi, pertama-tama kita perlu introspeksi diri dulu.  Jangan-jangan sikap dan perkataan kita sendirilah yang menyebabkan dia berubah, dia hanya menjadi gema bagi kita.  Mungkin kita yang mulai jarang menyapanya atau menghubunginya, mungkin kita mengabaikan imbauan atau nasihatnya, mungkin tanpa sengaja kita mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya, mungkin kita lupa mengucapkan selamat di hari ulang tahunnya seperti dulu. 

Kalau kita ingin dalam hidup kita bertemu dengan teman-teman dan orang di sekeliling kita bersikap baik kepada kita, bersikaplah demikian kepada mereka terlebih dahulu.  Janganlah menuntut orang lain bersikap baik kepada kita terlebih dahulu, baru kita mau bersikap baik.  Tebarkan senyum, sapalah dengan ramah, berikan bantuan, besarkan semangat orang yang sedang bersedih hati, bersikap sopan dan dapat dipercaya (menyesuaikan ucapan dan tindakan).  Seandainya kita bertemu dengan orang yang memusuhi kita walaupun kita sudah bersikap baik kepadanya, itu bukan salah Anda.  Mungkin kesabaran Anda sedang diuji.  Tidak ada salahnya Anda menjauh dari orang yang memusuhi Anda, tetapi jangan sampai kita ikut-ikutan memusuhinya.
Ingatlah bahwa ucapan dan tindakan kita kepada orang lain adalah PILIHAN, bukan kebetulan.

"Janganlah membiarkan orang datang menemuimu, jika ketika pergi dia tidak menjadi lebih baik dan lebih bahagia."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar